-->

Cerita Rakyat Jepang: Ubur-ubur yang Pandir



Cerita rakyat ini berawal dari pernikahan Raja dan Ratu Naga. Sebulan pasca pernikahan Ratu Naga sakit keras yang tidak dapat disembuhkan oleh tabib manapun. Hingga membuat Raja Naga patah arang.

Demi melihat Sang Raja yang sedih, Sang Ratu berkata kepada suaminya itu, “Aku tahu apa yang dapat menyembuhkanku. Carilah hati kera yang masih hidup untuk kumakan. Dengan demikian, aku akan segera sembuh. Ingat, HARUS DARI KERA YANG HIDUP!” Sang Ratu memberi penegasan pada kata-kata terakhirnya.

Raja Naga heran mendengar permintaan istrinya yang dirasa tidak masuk akal. “Apa yang ada dalam pikiranmu, Sayang? Kita para Naga hidup di laut, sementara kera hidup di hutan, apa kau lupa?”

“Semuanya kan bisa kau usahakan. Apa kau memang menginginkanku mati supaya kau bisa menikah lagi? Oh, mungkin kau tidak benar-benar mencintaiku. Seandainya aku tinggal di rumah dengan ibu dan ayahku…!” Ratu menangis untuk meraih simpati Raja Naga.

Karena tidak ingin dianggap buruk oleh istrinya yang cantik, maka Raja Naga memerintah pelayan setianya yang bodoh, si Ubur-Ubur. Raja Naga berkata, “Aku tahu tugas ini agak berat, tapi aku ingin kau mencoba menyeberang ke daratan, dan membujuk seekor kera hidup untuk ikut bersamamu. Katakan padanya bahwa di Negeri Naga lebih baik daripada tempatnya tinggal. Meski sebenarnya aku hanya ingin memotong hatinya, dan menggunakan sebagai obat untuk Permaisurimu yang sedang sakit.”

Maka si Ubur-Ubur berangkat menjalankan tugasnya. Di masa itu, ia masih tampak seperti ikan-ikan lainnya, memiliki mata, sirip dan ekor. Dia juga memiliki kaki-kaki kecil yang berguna untuk berjalan di darat.

Ketika ia sampai di tujuannya, Ubur-Ubur segera melihat seekor kera yang berlompatan diantara cabang-cabang pohon. Maka si Ubur-Ubur berkata, “Tuan Kera! Aku kesini untuk memberitahumu tentang negeri yang jauh lebih indah dari ini. Tempat itu ada dibawah ombak, dan disebut Negeri Naga. Cuacanya menyenangkan sepanjang tahun, ada banyak buah dan pohon, dan tidak ada makhluk jahat yang disebut Manusia. Jika kau ikut bersamaku, aku akan membawamu kesana. Naiklah ke punggungku.”

Si Kera berpikir pasti menyenangkan bisa melihat negeri baru. Maka ia melompat ke punggung si Ubur-Ubur dan mereka pun mulai melintasi air. Namun ketika mereka telah sampai setengah jalan, si Kera takut akan adanya bahaya tersembunyi.

Maka ia bertanya pada Ubur-Ubur, “Mengapa kau terpikir untuk menjemputku?”

Si Ubur-Ubur menjawab, “Majikanku, Raja Naga, ingin memotong livermu, dan memberikannya sebagai obat untuk istrinya, sang Ratu yang sedang sakit.”

“Oh! Jadi begitu rupanya tipu dayamu, ya.” Benak si Kera. Namun ia tidak menyuarakan pikirannya dan hanya berkata, “Tidak ada yang bisa membuatku senang lebih daripada melayani Para Yang Mulia. Tapi sayangnya aku meninggalkan hatiku di ranting pohon kastanye tadi. Hati itu berat, maka biasanya aku melepaskannya, dan bermain tanpanya sepanjang hari. Kita harus kembali untuk mengambilnya.”

Ubur-Ubur menyetujui rencana itu. Makhluk pandir itu tidak menyadari bahwa si Kera berbohong agar tidak terbunuh dan hatinya menjadi obat bagi Ratu Naga.

Ketika mereka mencapai daratan lagi, si Kera melompat dari punggung Ubur-Ubur ke puncak pohon kastanye. Kemudian ia berkata, “Aku tidak bisa melihat hatiku disini. Mungkin seseorang telah mengambilnya. Tapi aku akan mencarinya. Sementara kau lebih baik kembali dan katakan pada Majikanmu apa yang terjadi. Ia mungkin mengkhawatirkanmu jika kau tidak kembali sebelum gelap.”

Maka si Ubur-Ubur kembali pulang. Dan ketika ia sampai di Negeri Naga, ia menyampaikan pada Raja Naga semua yang telah terjadi.

Sang Raja amat berang atas kebodohannya, dan berteriak kepada pengawal-pengawalnya, “Bawa dan pukuli Ubur-Ubur ini hingga ia menjadi lembek! Jangan biarkan sepotong tulang pun tersisa di tubuhnya tanpa dipukuli!”

Maka para pengawal pun menangkap dan memukuli si Ubur-Ubur seperti yang diperintahkan. Itulah mengapa hingga hari ini, ubur-ubur tidak memiliki tulang dan lembek seperti bubur.

Sementara Ratu Naga, ketika dia mengetahui dia tidak dapat memperoleh hati Kera yang diinginkannya, memutuskan satu-satunya cara adalah berusaha sembuh tanpa itu.

Comments